Fenomena suara gamelan di Pasar Bubrah Merapi
Bagi sebagian pendaki yang pernah mencapai Puncak Merapi adalah suatu hal yang dianggap biasa
•
Sebagian menganggap suara gending Jawa atau gamelan di Pasar Bubrah adalah efek dari suara hembusan angin kencang yang ada di hamparan luas tanpa vegetasi tanaman
•
Dari hasil investigasi dengan metode retrocognism, suara gending² gamelan yang ada di Pasar Bubrah diyakini dulunya adalah sekelompok Dalang lengkap dengan pengerawit dan warangono
•
Dalang berjumlah dua orang yakni yang kami ketahui bernama Ki Laras Bagaswara dan Ki Sayekti Kuncoroseno. Pengrawit berjumlah kurang lebih 25 orang dan 3 waranggana (sinden yang masih perawan)
•
Mereka memang sengaja "diundang" dalam acara Jumenengan Ndalem Karaton Hargo Merapi atas undangan Gusti Kanjeng Ratu Ayu Sekhar Kedhaton. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 1600 an pada masa kepemimpinan Sultan Agung
•
Dalam kepercayaan Jawa, seorang dalang rata² adalah orang yang memiliki tingkat spiritual yang cukup mumpuni. Tidak jarang dalang akan melakukan ritual khusus ketika akan melakonkan cerita² tertentu
•
Pada waktu itu, salah satu dalang diatas mendapatkan bisikan untuk mementaskan pertunjukan wayang selama 7 malam berturut² di pasar bubrah. Semua peralatan diangkat dengan tandu dan kuda. Mereka mendaki hingga pasar bubrah dari pagi hingga menjelang sore hari
•
Sesampai nya di Pasar Bubrah, rombongan pertunjukan wayang telah disambut oleh para penghuni ghaib Keraton Merapi.
Semua anggota rombongan tersebut tidak paham bahwa yang menyambut mereka bukan dari golongan manusia, melainkan dari bangsa jin
•
Namun dua orang Dalang yang memiliki kemampuan spiritual sangat paham betul, bahwa semua sambutan yang mewah tersebut adalah ilusi bagi mata manusia
•
Meskipun begitu, Ki Laras Bagaswara dan Ki Sayekti Kuncarasena merasa sedikit bangga karena mereka menjadi dalang pilihan yang didaulat untuk menghibur masyarakat ghaib Keraton Merapi, meskipun mereka sadar resiko nya, yakni sangat kecil kemungkinannya mereka untuk kembali lagi di kehidupan manusia
•
Hingga saat ini, diwaktu² tertentu masih terdengar suara gamelan² gending Jawa yang menandakan bahwa di Keraton Merapi sedang ada acara bisa berupa upacara penyambutan kepada "tamu" dari wilayah lain, seserahan pernikahan, syukuran ataupun sedang ada pesta "rakyat".
•
Sekedar tambahan, rata2 penampakan sosok² ghaib di gunung² sudah bukan lagi sosok² seperti kuntilanak, gendruwo, tuyul dsb. Penampakan ghaib di puncak2 gunung biasanya adalah sosok hewan naga ataupun sosok manusia dengan penampilan busana Jawa ataupun menggunakan jubah seperti surban.
Wallahu a'lam bishawab.
Credit : Kisah Tanah Jawa
•
Sebagian menganggap suara gending Jawa atau gamelan di Pasar Bubrah adalah efek dari suara hembusan angin kencang yang ada di hamparan luas tanpa vegetasi tanaman
•
Dari hasil investigasi dengan metode retrocognism, suara gending² gamelan yang ada di Pasar Bubrah diyakini dulunya adalah sekelompok Dalang lengkap dengan pengerawit dan warangono
•
Dalang berjumlah dua orang yakni yang kami ketahui bernama Ki Laras Bagaswara dan Ki Sayekti Kuncoroseno. Pengrawit berjumlah kurang lebih 25 orang dan 3 waranggana (sinden yang masih perawan)
•
Mereka memang sengaja "diundang" dalam acara Jumenengan Ndalem Karaton Hargo Merapi atas undangan Gusti Kanjeng Ratu Ayu Sekhar Kedhaton. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 1600 an pada masa kepemimpinan Sultan Agung
•
Dalam kepercayaan Jawa, seorang dalang rata² adalah orang yang memiliki tingkat spiritual yang cukup mumpuni. Tidak jarang dalang akan melakukan ritual khusus ketika akan melakonkan cerita² tertentu
•
Pada waktu itu, salah satu dalang diatas mendapatkan bisikan untuk mementaskan pertunjukan wayang selama 7 malam berturut² di pasar bubrah. Semua peralatan diangkat dengan tandu dan kuda. Mereka mendaki hingga pasar bubrah dari pagi hingga menjelang sore hari
•
Sesampai nya di Pasar Bubrah, rombongan pertunjukan wayang telah disambut oleh para penghuni ghaib Keraton Merapi.
Semua anggota rombongan tersebut tidak paham bahwa yang menyambut mereka bukan dari golongan manusia, melainkan dari bangsa jin
•
Namun dua orang Dalang yang memiliki kemampuan spiritual sangat paham betul, bahwa semua sambutan yang mewah tersebut adalah ilusi bagi mata manusia
•
Meskipun begitu, Ki Laras Bagaswara dan Ki Sayekti Kuncarasena merasa sedikit bangga karena mereka menjadi dalang pilihan yang didaulat untuk menghibur masyarakat ghaib Keraton Merapi, meskipun mereka sadar resiko nya, yakni sangat kecil kemungkinannya mereka untuk kembali lagi di kehidupan manusia
•
Hingga saat ini, diwaktu² tertentu masih terdengar suara gamelan² gending Jawa yang menandakan bahwa di Keraton Merapi sedang ada acara bisa berupa upacara penyambutan kepada "tamu" dari wilayah lain, seserahan pernikahan, syukuran ataupun sedang ada pesta "rakyat".
•
Sekedar tambahan, rata2 penampakan sosok² ghaib di gunung² sudah bukan lagi sosok² seperti kuntilanak, gendruwo, tuyul dsb. Penampakan ghaib di puncak2 gunung biasanya adalah sosok hewan naga ataupun sosok manusia dengan penampilan busana Jawa ataupun menggunakan jubah seperti surban.
Wallahu a'lam bishawab.
Credit : Kisah Tanah Jawa