misteri alas pati jawa tengah indonesia
Dimanapun kita berada, pastinya akan selalu ada saja beberapa kisah yang sengaja dikubur menjadi sebuah rahasia. Sama seperti satu kisah ini, dari sesosok wanita bernama Lastri. Yang selalu setia berdiri menyendiri di jalanan Alas Pati
.
Siti Mutiyah nama aslinya. Seorang kembang desa yang pernah hidup di medio tahun 1950-an. Selayaknya kembang desa, semasa hidupnya banyak sekali yang meliriknya. Namun karena latar belakang keluarganya yang kekurangan, kehidupan seolah tidak memberikannya banyak pilihan
.
Mutiyah muda yang saat itu masih berumur 15 tahun, terpaksa dinikahkan dengan seorang duda yang selisih umurnya hampir dua puluhan tahun karena hutang yang melilit keluarganya sudah tidak bisa terbayarkan lagi
.
Meski kondisinya terkesan dipaksakan, namun Mutiyah justru malah merasa bahagia dengan kehidupan barunya. Menikahi seorang rentenir yang bergelimangan harta. Setidaknya kebahagiaan tersebut berangsur hampir lebih dari tiga tahun
.
Tujuh tahun berselang, kondisi pernikahan mereka tidaklah lagi sama. Mutiyah yang tidak kunjung diberi momongan, mulai mencium perubahan pada diri suaminya. Sering pulang malam dengan kondisi mabuk-mabukan adalah pemandangan yang sudah biasa dilihatnya
.
Namun kecurigaannya mulai muncul kala ia sering menemukan surat di kemeja suaminya. Praduga selingkuh masih ia simpan sendiri, sampai akhirnya ia memberanikan diri menanyakan ke “orang pintar” dan mendapati bahwa suaminya benar berselingkuh dengan tetangganya sendiri. Seorang janda anak satu yang sengaja menggunakan pelet ke suaminya. Janda yang biasa-biasa saja tersebut juga diketahui telah hamil tiga bulan
.
Mutiyah yang sudah terbakar amarah lalu melabrak janda yang diketahui bernama Parni tadi. Bahkan ia sempat sesumbar akan menyantet Parni jika tidak kunjung pergi dari kehidupannya. Setelah cekcok tersebut, pastinya Parni melapor ke suami Mutiyah. Naas, justru Mutiyah lah yang kena marah
.
Drama pun makin memuncak kala suaminya mencoba mencekiknyanya waktu ia sedang tertidur. Namun usaha tersebut gagal mengingat Mutiyah sudah was-was dengan kemungkinan tersebut. Pertengkaran hebat pun sudah tidak terelakkan lagi
.
“Balekno aku kang nang omah e wong tuoku. Wis ra kuat aku yen sampeyan ambek rondo kae.” | “Pulangkan aku ke rumah orang tuaku mas. Aku sudah tidak tahan kalau kamu masih sama janda itu.” Kata Mutiyah. Permintaan tersebut pun akhirnya disetujui
.
Selama lima hari setelah Mutiyah pergi, suaminya terus menerus ketakutan. Memikirkan ancaman pelet yang sempat dikumandangkan oleh Mutiyah. Belum lagi Parni yang meminta pertanggung jawaban untuk segera dinikahi. Disini sang suami mulai menyusun strategi
.
Dengan alasan sakit, ia meminta tolong anak buahnya untuk menjemput Mutiyah. Dalam hal ini, ada rencana jahat yang sudah dipersiapkan - yaitu melenyapkan Mutiyah. Dijemputlah Mutiyah oleh anak buahnya dengan sepeda onthel malam-malam
.
Di tengah jalan, mereka dicegat oleh dua orang berkerudung sarung. Anak buah yang disuruh menjemput tadi langsung lari, menuruti perintah yang sudah direncanakan. Ditariklah Mutiyah ke semak-semak oleh dua orang tadi
.
Dirinya sempat berontak dan menarik salah satu pelindung wajah orang tadi. Dan betapa kagetnya saat dirinya mengenali wajah tersebut. Anak buah suaminya yang sering ia temui saat berkunjung dirumah. Pemberontakan Mutiyah pun tidak bertahan lama, dirinya dihabisi dengan keji. Lalu jenazahnya dibuang di perbatasan daerah Juwana dan ditemukan oleh warga sekitar tidak lama kemudian
.
Empat puluh hari berselang, makam tempat dimana Mutiyah dimakamkan berubah menjadi sangat mencekam. Banyak warga mengaku sering melihat penampakan sosok wanita yang melambaikan tangan minta boncengan. Dan ketika ditanya tujuannya, wanita ini mengatakan : Alas Pati
.
Siti Mutiyah kemudian menyembunyikan namanya menjadi Sulastri. Agar orang-orang tidak curiga (sebelum dendam terbalas) dengan kabar burung bahwa Mutiyah menjadi hantu. Namun sosok baru bernama Lastri ini cenderung dipenuhi dendam kesumat (terutama pada kaum laki-laki) dibandingkan sosok Mutiyah yang dikenal baik
Terkadang jika ada lelaki genit yang berniat menggauli Lastri di hutan saat perjalanan, resiko terbesarnya bisa sakit keras atau bahkan meninggal. Penampakan Lastri sering dijumpai menjelang pukul 9 malam hingga pukul 2 pagi dengan gaya melambaikan tangannya
.
Sebelumnya ia hanya menampaki pengendara sepeda saja. Namun di medio 1970-an, para pengendara mobil dan motorpun tak luput dari godaannya. Warga sekitar pun biasanya paham dan lebih memilih putar arah ketimbang harus lewat Kuburan Juwana atau Alas Pati
.
Hingga detik ini, sosok Lastri masih menanti disana (dengan wujud solid) sembari mengingat semua dendam dari suaminya. Biasanya dia akan nampak dengan pakaian khas tahun 50-an atau dress berwarna cokelat
.
Pernah ada cerita dari salah satu rekan yang bekerja sebagai sopir sayur, sedang mengantarkan barang dari Semarang ke Rembang. Di tengah jalan ia mengaku dicegat oleh sosok wanita yang diduga Lastri
.
Wanita tadi duduk di depan dan sepanjang perjalanan hanya berdiam diri. Karena si sopir biasa saja dan tidak ada niatan aneh-aneh, sesampainya di Alas Pati wanita tadi mengucap spontan “Wes kang. Kene wae. Suwun.” | “Sudah mas. Sampai sini saja. Terimakasih.” Pintu pun dibukakan dan wanita tadi lenyap
.
Si sopir yang ketakutan kemudian menggeber mobilnya dan kemudian saat berhenti di warkop ia menceritakan kejadian tadi. Oleh penjual warkop ia diberi saran untuk segera mencuci mobilnya agar tidak terkena sial. Dan benar saja, setelah itu mobilnya jadi laris manis saat mengantarkan barang
.
Hantu Lastri memang dikenal hanya mencelakai pria-pria dengan niatan jahat, terlebih mesum mengingat dendam pribadinya di masa lalu. Mari kita semua sama-sama doakan bilamana salah agar jiwa beliau ditenangkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dan semoga kisah ini bisa jadi pembelajaran untuk kita semua. Aamiin
Credit : Kisah Tanah Jawa